Home Fakta Ashtiname of Muhammad / Fakta Muhammad / Nabi Muhammad Melindungi Kristen

 


Di tengah padang pasir Sinai, Mesir, berdiri sebuah biara Kristen Ortodoks Yunani bernama Biara St. Catherine. Didirikan pada abad ke‑6 M di masa Kaisar Justinianus I dari Kekaisaran Romawi Timur, biara ini telah beroperasi tanpa henti hingga hari ini. Ini menjadikannya salah satu biara Kristen tertua dan paling bersejarah di dunia.

Di dalam biara ini tersimpan lebih dari 6.000 manuskrip kuno dalam berbagai bahasa: Yunani, Arab, Armenia, Koptik, Georgia, dan Suryani. Koleksinya mencakup teks-teks sejarah, filosofi, geografi, hingga resep medis kuno karya Hippokrates. Salah satu harta karunnya adalah Codex Sinaiticus, manuskrip lengkap tertua dari Perjanjian Baru yang sangat penting dalam studi sejarah Alkitab.

Namun, di antara semua dokumen berharga itu, ada satu yang luar biasa meskipun jarang dibahas: Ashtiname of Muhammad.




Piagam Nabi untuk Umat Kristen

Ashtiname adalah sebuah piagam yang diyakini ditulis dan ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW. Isinya menjamin perlindungan, kebebasan beragama, dan hak-hak sosial umat Kristen, khususnya para biarawan Biara St. Catherine, serta umat Kristen secara umum.

Berikut cuplikan isi piagam tersebut:

"Ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, sebagai suatu perjanjian bagi mereka yang menganut Kekristenan, jauh dan dekat. Kami beserta mereka.

Sesungguhnya aku, para hamba, para pembantu, dan para pengikutku membela mereka, karena orang Kristen adalah wargaku. Demi Allah! Aku menahan diri dari tindakan apapun yang merugikan mereka..."

Piagam ini melarang keras:

  1. Pemaksaan terhadap umat Kristen
  2. Pengusiran dari tempat ibadah
  3. Penghancuran gereja
  4. Diskriminasi terhadap hakim atau biarawan Kristen
  5. Pemaksaan pernikahan atau larangan ibadah
  6. Dan bahkan menyerukan agar umat Muslim melindungi umat Kristen jika mereka dalam bahaya.

Dokumen ini bahkan dibubuhi cap telapak tangan Nabi Muhammad, sebagai simbol resmi dan sah pada masa itu.


Dijaga oleh Para Khalifah, Dihormati Lintas Zaman

Setelah wafatnya Nabi Muhammad, para khalifah dari Dinasti Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah, Mamluk, hingga Utsmaniyah menjaga dan menghormati perjanjian ini. Dalam sejarah Islam klasik, toleransi bukan hanya slogan—tapi benar-benar dijalankan dalam kehidupan nyata.

Bahkan di era modern, piagam ini tetap relevan. Pada 2018, dalam kasus Asia Bibi di Pakistan, seorang hakim mengutip Ashtiname sebagai bukti otentik komitmen Nabi Muhammad terhadap perlindungan umat non-Muslim.


Tapi Kenapa Sekarang Kita Malah Mundur?

Sayangnya, nilai-nilai luhur ini seringkali tidak tercermin dalam perilaku umat Islam masa kini. Pembubaran kegiatan ibadah oleh kelompok-kelompok intoleran masih terjadi. Retret siswa, misa, kebaktian, atau perayaan hari besar kerap menjadi sasaran intimidasi. Selalu ada yang mengatasnamakan agama. padahal justru bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.

Pertanyaannya sederhana: Islam versi siapa yang mereka bela?

Karena Islam versi Nabi Muhammad jelas melarang tindakan seperti itu.


Belajar dari Nabi, Bukan dari Hoaks

Apa yang terjadi akhir-akhir ini bukan hanya soal intoleransi. Ini adalah cerminan kegagalan kita mengenali dan menghormati sejarah Islam itu sendiri. Banyak yang mengaku membela agama, tapi tidak mengenal warisan Nabi yang sejati. Nabi Muhammad telah memberi teladan: melindungi, bukan memusuhi. Menghormati, bukan mencaci. Mengayomi, bukan mengintimidasi.

Kalau ingin belajar toleransi, kita tak perlu menengok ke Barat. Cukup buka kembali sejarah Islam. Nabi sudah memberi contoh yang lebih dari cukup.







Sumber Referensi:

IslamKaffah. (2024, September). Mengenal Ashtiname of Muhammad: Bukti otentik jaminan perlindungan Islam terhadap umat Nasrani

Fundación Mezquita de Sevilla. The Covenant of Prophet Muhammad with the monks of Mt. Sinai (tanpa tahun)


Baca juga :

No comments

Post a Comment

Punya pertanyaan, saran, atau kritik seputar topik ini? Yuk, tulis di kolom komentar, aku tunggu tanggapanmu!

to Top