Home business / news / technology / technology companies / technology industry

CEO dan co-founder Nvidia, Jensen Huang, memimpin salah satu perusahaan teknologi paling berharga di dunia, yang bernilai sekitar $3,4 triliun. Namun, bukan kepercayaan diri melainkan rasa takut mendalam terhadap kegagalan yang mendorong dorongan tanpa henti miliknya. Kecemasan Huang tentang kemungkinan hambatan dan persaingan sengit mendorong etika kerja intensif dan komitmennya terhadap inovasi. Tekanan konstan ini mendorongnya untuk tetap fokus dan waspada, memastikan Nvidia tetap menjadi pemimpin di industri teknologi. Kisahnya mengungkapkan gaya kepemimpinan yang dibentuk oleh keseimbangan halus antara kesuksesan luar biasa dan ketakutan persisten bahwa semuanya bisa runtuh secara tidak terduga.

Kisah Jensen Huang melampaui cerita kepemimpinan konvensional tentang optimisme dan kepercayaan diri. Pengalamannya menunjukkan bagaimana kecemasan dan ketakutan, yang dikendalikan dengan cara yang positif, dapat menjadi penggerak inovasi dan kesuksesan yang luar biasa. Dorongan Huang yang tuntas menuju keunggulan, didorong oleh rasa takut akan kegagalan yang mendalam, telah memungkinkan Nvidia untuk mengubah industri termasuk pemrosesan grafis dan kecerdasan buatan.

Gaya kepemimpinan yang tidak biasa ini menekankan bahwa kelemahan dan nuansa emosional dapat berjalan seiring dengan kesuksesan besar di bidang teknologi.

Biografer CEO Nvidia Jensen Huang mengungkapkan 'ketakutannya yang mendalam terhadap kegagalan' mendorong fokusnya di industri teknologi.

Biografer CEO Nvidia, Jensen Huang, Stephen Witt, penulis buku The Thinking Machine, yang menghabiskan banyak waktu untuk wawancara dengan Huang dan stafnya, menyatakan bahwa pengemudi utama Huang adalah ketakutan, bukan optimisme. Huang secara terbuka mengaku bahwa ia hidup setiap hari dengan rasa takut yang mengganggu bahwa Nvidia mungkin "meledak kapan saja." Alih-alih membiarkan ketakutan itu memakan dirinya, ia menggunakan hal tersebut sebagai mesin yang kuat yang membuatnya tetap fokus, mendorong perusahaan maju dengan rasa urgensi yang tajam.

Witt menggambarkan dorongan Huang sebagai "bensinnya"; energi saraf yang mendorongnya secara compulsif. Tekanan psikologis ini mendorong Huang untuk bekerja lebih keras lagi dan memastikan dia tidak pernah menjadi lengah, bahkan ketika firma sedang berada di puncak kesuksesannya.

CEO Nvidia Jensen Huang tumbuh di bawah tekanan dan melihat stres sebagai kunci sukses

Berbeda dengan kebanyakan CEO yang menghargai rasa percaya diri dan ketenangan ketika segalanya berjalan dengan baik, Huang merasa nyaman dengan tekanan dan tantangan. Menurut Witt, Huang menjadi cemas ketika segalanya berjalan dengan lancar dan tekanannya membuatnya selalu waspada terhadap kemungkinan munculnya hambatan apapun. Huang mengaku sebagai seorang bos yang keras, dan menurut pendapatnya, stres dan kesulitan adalah prasyarat untuk melakukan sesuatu yang luar biasa.

Huang menyatakan bahwa kesuksesan membutuhkan ketekunan, tekanan, dan mengatasi kesulitan. Pandangannya adalah kesuksesan sering kali bukan hasil dari jalur yang sederhana atau linier, tetapi dari usaha yang konsisten di bawah kondisi yang sulit.

Pemimpinan CEO Nvidia Jensen Huang dibentuk melalui tantangan

Jalannya Huang tidak selalu mulus. Dalam pidato di Universitas Stanford tahun 2024, ia mengungkapkan bahwa Nvidia hampir mengalami kebangkrutan hanya beberapa tahun setelah didirikan pada tahun 1993. Kegagalan hampir terjadi ini memiliki pengaruh signifikan terhadap filsafat kepemimpinannya.

Huang menekankan bahwa memiliki harapan yang tinggi terhadap kehidupan atau bisnis agar selalu sempurna dapat membuat individu rentan mengalami kegagalan ketika pasti ada hal-hal yang tidak berjalan sesuai rencana. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa kemampuan untuk bertahan dalam situasi sulit dan menghadapi hambatan adalah kunci penting untuk kesuksesan jangka panjang. Ketahanan seperti ini telah menjadi pilar utama dalam budaya Nvidia dan gaya kepemimpinan Huang sendiri.

Stephen Witt menambahkan bahwa Huang sangat termotivasi oleh rasa bersalah. Huang memiliki rasa tanggung jawab yang mendalam terhadap timnya, investor, dan perusahaannya, dan rasa kewajiban ini mendorongnya untuk bekerja lebih giat lagi. Witt menjelaskan bahwa motivasi Huang bukan hanya ambisi belaka, tetapi juga kombinasi dari ketakutan akan kegagalan, paranoia di antara kompetitor, dan rasa bersalah karena kemungkinan mengecewakan orang lain. Hal ini menghasilkan tekanan internal yang luar biasa yang dimanfaatkan Huang sebagai dorongan untuk tetap fokus dan mendorong Nvidia mencapai puncak tertingginya.

Baca Juga | Temui calon istri dari YouTuber miliarder MrBeast, Thea Booysen - ketahui tentang karirnya, wawasan tentang hubungan mereka, dan lebih banyak lagi

Tetap perbarui diri Anda dengan the berita terkini on Times of India Dapatkan semua tren yang sedang berlangsung Berita Kota , Berita India , Berita Bisnis , and Berita Olahraga . For Berita Hiburan , Berita TV , and Tips Gaya Hidup , kunjungi Etimes .

Baca juga :

No comments

Post a Comment

Punya pertanyaan, saran, atau kritik seputar topik ini? Yuk, tulis di kolom komentar, aku tunggu tanggapanmu!

to Top