Upweling buatan maritim, solusi iklim yang pernah menjanjikan, terus menarik minat tetapi berjuang untuk menghasilkan hasil. Ide ini sederhana: meniru proses alam di lautan dengan memompa air dalam yang kaya nutrisi dari dasar laut ke permukaan. Tindakan ini dapat meningkatkan pertumbuhan fitoplankton, mendukung budidaya ikan, dan bahkan melambatkan pucatan terumbu karang. Namun, meskipun sudah ada eksperimen selama puluhan tahun, teknologi ini masih jauh dari handal dan skalabel.
Bagaimana Cara Kerja Upwelling Buatan Laut

Zona upwelling alami kaya akan kehidupan laut berkat air dalam yang naik ke permukaan, membawa nutrisi bersamanya. Upwelling buatan laut mencoba meniru fenomena ini menggunakan pipa atau pompa. Harapannya, proses ini dapat mendorong pertumbuhan fitoplankton, yang menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Secara teori, hal ini bisa digunakan sebagai alat untuk produksi makanan dan penghapusan karbon. Tapi kenyataannya lebih rumit. Konsep ini telah diuji selama lebih dari 50 tahun, dan meskipun beberapa uji coba menunjukkan janji, banyak yang gagal atau terlalu mahal untuk dipertahankan.
Masa Lalu Telah Menghasilkan Hasil yang Beragam

Upwelling buatan bukanlah ide baru. Pertama kali disarankan pada tahun 1970-an, ia mendapat popularitas untuk budidaya ikan dan pertanian rumput laut. Pada tahun 2008, sebuah tes dilakukan dekat Hawai‘i yang memompa air dingin dari kedalaman 300 meter (sekitar 1.000 kaki) di bawah permukaan. Pompa rusak setelah hanya 17 jam. Uji coba lebih baru di Teluk Aoshan, Cina, antara tahun 2018 dan 2020 menunjukkan hasil yang lebih baik, dengan makroalga merespons secara positif.
Usaha lain belum berhasil sebaik itu. Uji coba yang didanai Jerman di sekitar Kepulauan Canary berakhir mendadak ketika pompa berhenti bekerja setelah hanya empat jam. Tantangan berulang ini menekankan tantangan untuk menjadikan upwelling buatan laut sebagai solusi iklim yang dapat diandalkan.
Dapatkah Upwelling Membantu Melawan Perubahan Iklim?

Beberapa orang melihat upwelling buatan sebagai cara untuk mengatasi pemanasan global dengan meningkatkan penangkapan karbon di lautan. Perusahaan seperti Seafields bertujuan menumbuhkan rumput laut sargassum di perairan terbuka menggunakan teknik ini. Mereka berharap untuk mengubah ganggang laut yang mengganggu dan membusuk yang menumpuk di pantai Karibia menjadi sumber daya yang ramah iklim.
Namun, bahkan para pendukungnya menyatakan keraguan. John Auckland, direktur Seafields, mengakui bahwa memperbesar skala teknologi merupakan tantangan besar. Memasang cukup pipa untuk menciptakan dampak global mungkin akan menelan biaya miliaran dolar dan masih tidak menjamin keberhasilan. Menurutnya, meletakkan ratusan ribu pipa di lautan tidak praktis dan tidak bermanfaat. kehidupan laut .
Terumbung karang mungkin menguntungkan, tetapi hanya secara lokal.

Salah satu potensi lain dari kecerdasan buatan upwelling perlindungan terhadap terumbu karang. Gelombang panas laut yang semakin memburuk menjadi ancaman yang lebih besar bagi terumbu karang. Para ilmuwan seperti Yvonne Sawall di Arizona State University sedang menguji coba pengaliran ke bawah skala kecil untuk mendinginkan area terumbu karang tertentu. Hasil tes laboratoriumnya menunjukkan adanya harapan. Alih dingin bertubi-tubi dapat melambatkan pucatan terumbu karang tanpa mengganggu kimia laut terlalu banyak. Namun, metode ini tidak mudah diterapkan di dunia nyata. Biaya peralatan, hambatan teknis, dan jangkauan yang terbatas membuat pendekatan ini hanya layak untuk bagian terumbu karang kecil, bukan seluruh ekosistem seperti Great Barrier Reef.
Peningkatan Skala Membawa Lebih Banyak Pertanyaan Daripada Jawaban

Para ahli setuju bahwa upscaling upwelling buatan membawa risiko signifikan. Salah satu kekhawatiran utama adalah apakah metode ini akan menghilangkan karbon dengan efektif. Air laut dalam sudah mengandung tingkat karbon dioksida yang tinggi, yang bisa meniadakan manfaat dari peningkatan pertumbuhan fitoplankton. Seperti yang dikatakan David Koweek dari Ocean Visions, proses tersebut terasa seperti berlari di tempat. Ada juga bahaya ekologis. Memompa air dingin ke permukaan bisa mengubah suhu laut, mempengaruhi migrasi ikan, dan bahkan bisa memperburuk kondisi hipoksia di beberapa wilayah. Menghentikan proyek upwelling berskala besar secara tiba-tiba mungkin akan melepaskan panas terperangkap kembali ke atmosfer, yang bisa merugikan lebih banyak daripada memberi manfaat.
Alat Spesialis, Bukan Solusi Global
Meskipun ada banyak perbincangan tentang upwelling laut buatan, sebagian besar ahli melihatnya sebagai alat khusus daripada solusi iklim yang luas. Mungkin itu dapat menawarkan manfaat untuk nelayan tertentu, pertanian rumput laut, atau area terumbu karang. Namun, biaya tinggi, tantangan teknis, dan risiko ekologis membuatnya kurang mungkin untuk menyelesaikan perubahan iklim secara global. Konservasionis meminta lebih banyak eksperimen, pendanaan yang lebih baik, dan pendekatan yang hati-hati ke depannya.
The post Penggunaan Buatan Upwelling Laut Menghadapi Hambatan Besar Sebagai Perbaikan Iklim yang Mengecewakan muncul pertama di recalmaru .
No comments
Post a Comment
Punya pertanyaan, saran, atau kritik seputar topik ini? Yuk, tulis di kolom komentar, aku tunggu tanggapanmu!