
Beberapa bentuk sopan santun dalam interaksi sosial sering kali digunakan sebagai cara tidak langsung untuk menghindari konflik. Menghindari konflik adalah tindakan disengaja untuk menjauh dari situasi atau percakapan yang berpotensi menimbulkan perselisihan.
Menurut Dr. Robert Brooks, seorang psikolog, perilaku penghindaran konflik bisa berdampak positif bila dilakukan secara seimbang.
Memahami perilaku sopan yang sebenarnya digunakan untuk menghindari konflik dapat meningkatkan kualitas komunikasi dalam hubungan sosial.
Berikut 7 perilaku tampak sopan yang sebenarnya merupakan cara halus untuk menghindari konflik dalam interaksi sosial dilansir dari laman Blogherald, Rabu (4/6):
- Persetujuan Tanpa Pendapat
Sering setuju dengan segala hal mungkin tampak sopan, namun dapat menjadi sinyal keengganan menyampaikan pandangan pribadi. Perilaku ini biasanya bertujuan menjaga keharmonisan semu dalam interaksi sosial.
Padahal, ketidaksepakatan yang sehat penting untuk memperkaya perspektif dan memperkuat komunikasi. Ketulusan dalam berpendapat dapat membangun hubungan yang lebih jujur dan dinamis.
- Mengalihkan Topik Pembicaraan
Perubahan mendadak dalam percakapan bisa menjadi strategi halus untuk menjauhi konflik yang dirasakan akan muncul. Meskipun tidak terdengar menyerang, tindakan ini menghambat terjadinya diskusi terbuka.
Difficult topics need to be addressed so that relationships remain open to differing viewpoints. Redirecting the conversation should be done not to avoid, but when the time and place are not yet appropriate.
- Permintaan Maaf Berlebihan
Ucapan “maaf” yang terlalu sering bisa melemahkan makna permintaan maaf itu sendiri. Penelitian dari Universitas Waterloo menunjukkan bahwa permintaan maaf berlebihan sering kali berasal dari keinginan menghindari ketegangan.
Perilaku ini dapat menunjukkan ketidaknyamanan menghadapi situasi yang menantang. Mengontrol penggunaan kata “maaf” membantu membangun komunikasi yang lebih tegas dan percaya diri.
- Menghindari Kontak Mata
Tidak menatap lawan bicara dapat dipersepsikan sebagai tanda rendah hati, tetapi juga bisa mencerminkan penghindaran. Kontak mata berperan penting dalam menciptakan koneksi yang kuat dalam percakapan.
Kurangnya kontak mata dapat membuat komunikasi menjadi tidak seimbang dan kurang terbuka. Menatap dengan wajar menunjukkan kesiapan dalam menyikapi perbedaan secara langsung.
- Menggunakan Humor secara Berlebihan
Tertawanya lelucon yang terus-menerus muncul dalam diskusi serius dapat menjadi mekanisme pelarian. Tawa digunakan sebagai penyangga terhadap ketegangan yang dirasakan, bukan untuk mencairkan suasana secara sehat.
Ketika humor mengganggu fokus pembicaraan, hal itu dapat menghambat penyelesaian masalah. Menempatkan humor pada saat yang tepat akan lebih membantu daripada menyalahgunakannya sebagai pelindung.
- Sikap Terlalu Formal
Gaya bicara atau tindakan yang sangat formal dapat menciptakan jarak emosional dalam percakapan pribadi. Bentuk ini sering digunakan untuk menjaga interaksi tetap terkendali tanpa risiko konflik emosional.
Namun, keterbukaan emosional yang proporsional diperlukan untuk membangun kepercayaan. Sikap terbuka dalam batas profesional dapat mempererat hubungan dan mendorong dialog yang sehat.
- Menghindari Percakapan yang Penting
Not replying to messages, avoiding discussions, or disappearing when heavy topics arise is clearly a way to evade. Avoiding such conversations risks hindering problem resolution and widening the gap in the relationship.
Interaksi yang sehat menuntut keberanian menghadapi ketegangan dengan sikap terbuka. Keberhasilan komunikasi tergantung pada kesediaan untuk mendengar dan berbicara, meski dalam situasi tidak nyaman.
Mengenali perilaku sopan yang digunakan untuk menghindari konflik dapat menjadi langkah awal membangun komunikasi yang lebih terbuka dan tulus. (jpc)
No comments
Post a Comment
Punya pertanyaan, saran, atau kritik seputar topik ini? Yuk, tulis di kolom komentar, aku tunggu tanggapanmu!