Home



Salah satu dasar membangun empati adalah mendengarkan dengan saksama apa yang orang lain utarakan.

Ada yg mengistilahkan 'attentive listening', ada jg 'proactive listening'. Intinya, mendengarkan penuh & tanpa menghakimi secara brutal perasaan org lain.

Diam dan mendengarkan sering dianggap kemampuan sepele dan mudah, padahal butuh fokus dan perhatian penuh.
Sebagaimana kita mendengarkan diri kita sendiri, seperti itulah kita mendengarkan orang yang sedang bercerita kepada kita.

Dalam komunikasi, ada istilah nonviolent atau compassionate communication.

Kemampuan komunikasi ini sangat berguna untuk menilai situasi yg konfliktual saat orang dalam keadaan tidak stabil secara emosional, seperti marah hingga frustrasi.

Ada studi yang mengatakan bahwa orang yang sering melakukan kekerasan verbal terhadap orang lain itu merefleksikan emosinya yangg terpendam terhadap dirinya sendiri. entah itu marah, kesal, malu. sehingga komunikasi yg ofensif menjadi tameng alamiahnya.




Seringkali interupsi dan penyelaan  pembicaraan berujung menimbulkan kesalahpahaman.

Sering kita tidak suka diinterupsi karena merasa tidak dihargai, belum diberi kesempatan, atau merasa terhina. Akhirnya untuk menghindari perasaan itu, kita juga menjadi terbiasa melakukan hal tersebut.
Kemampuan berdebat dalam kerangka akademis dan solutif sangatlah bagus untuk mengasah kemampuan berpikir kritis. Namun, jika sering dilakukan tanpa tahu konteks & situasi, secara gak sadar kita digiring jd kritis berlebihan dgn tujuan kepuasan menang atau kalah, benar atau salah.

Sekarang dalam dunia media sosial saat komunikasi nonverbal menjadi masif, seberapa bergantung kita dengan ekspresi kata? Seberapa sering kita mendengarkan dan menyimak sebelum bereaksi?

Ketika kita menjadi pendengar aktif, sebetulnya niatnya itu apa? Karena ingin menolong? Ingin tahu? Atau ingin mendengarkan? Karena niat kita untuk menolong dengan cara mendengarkan cerita orang lain bisa mendorong kita dalam jebakan ego.

Dengan menempatkan diri kita sebagai orang yang ingin menolong, kita tak sadar menempatkan hirarki superioritas.

Karena itu, tempatkan diri kita sebagai orang yang mendengarkan.


Tiap org dibekali kemampuan menyelesaikan masalah sehingga kebanyakan org yg bercerita hanya perlu didengar.

Dengan mendengarkan kita bertindak sebagai katalisator org tsb.

Banyak jurnal, bacaan populer, atau video yg bisa mengarahkan kita mempertajam empati. Semuanya sama.

Baca juga :

No comments

Post a Comment

Punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan. hyu isi koment dibawah.

to Top